Oleh: Lily Rosella
Deviantart/xFrozenLiliesx
Hari ini Nina belajar dengan giat. Ayah bilang, jika
Nina mendapat nilai bagus pada semua ulangan, maka akan dibelikannya sepeda
berwarna merah jambu yang ada keranjang di depannya. Nina suka sepeda merah
jambu, apalagi ada keranjang yang nantinya bisa dijadikan tempat menaruh Tuan
Teddy.
“Tuan Teddy, kamu ingin ke mana jika aku sudah punya
sepeda nanti?” tanya Nina yang menjeda sedikit belajarnya. Mengajak Tuan Teddy
berbincang.
Di kasur Nina, Tuan Teddy seperti biasa tersenyum
memandangi Nina. Dia tidak menjawab, tetapi dari senyumnya Nina tahu kalau Tuan
Teddy pasti tida sabaran ingin menaiki sepeda, berjalan-jalan keliling
kompleks. Maka dari itu Nina kembali melihat buku Bahasa Indonesianya,
mengerjakan soal-soal untuk latihan agar ulangan besok dia mendapat nilai
bagus.
***
Nina terus belajar dengan giat selepas sholat Isya.
Ulangan-ulangan sekolah masih menunggu sampai hari Jumat. Dibaca ulang olehnya
pelajaran yang sudah diajarkan guru dan dikerjakannya beberapa soal. Jika ada
soal yang tidak Nina tahu atau tidak dimengertinya, maka Nina akan keluar dari
kamar, bertanya kepada Bunda. Sama seperti sekarang, saat dia tidak mengerti
dengan soal matematika nomor 5.
“Bunda, berapa dua belas dibagi tiga?”
“Bukannya kita sudah latihan pembagian?” Bunda balik
bertanya.
Nina mengangguk mantap. Hanya saja dia masih kurang
menguasai tentang pembagian. Nina bahkan baru bisa sedikit tentang perkalian.
Melihat wajah Nina yang lesu, Bunda langsung berkata,
“Ayo, kemarikan jarinya sepuluh, dan Bunda pinjamkan dua jari. Kita hitung
sama-sama.”
Seketika wajah Nina langsung berubah senang.
Dibentangkannya sepuluh jari, dan ditambah dengan dua jari Bunda. Kemudian
Bunda memintanya untuk menutup tiga jari sambil menghitungnya.
“Tutup tiga jari Nina,” pinta Bunda. Nina menutup tiga
jarinya sambil mengikuti Bunda berkata “satu”.
“Tutup tiga jari lagi.” Nina kembali menutup tiga jari
berikutnya dan mengikuti Bunda berkata “dua”.
Tinggal enam jari lagi, dan bunda meminta lagi kepada
Nina untuk menutup tiga jari dan menyebut angka tiga, lalu menutup jari lagi
dan menyebut angka empat.
“Jadi, dua belas dibagi tiga adalah …?” tanya Bunda.
“Empat!” jawab Nina senang.
“Pintar anak Bunda,” ucap Bunda sambil mengelus lembut
rambut panjang Nina.
***
Ulangan sudah selesai dua minggu lalu dan hari ini
Ayah datang ke sekolah bersama Nina untuk mengambil rapor. Namun, setibanya di
rumah wajah Nina terlihat begitu sedih. Bunda menghampiri Nina dan bertanya,
“Kenapa sedih? Harusnya Nina senang karena akan dapat sepeda dari Ayah.”
Nina menggeleng. “Tidak ada sepeda, Bunda. Nilai
ulangan Nina merah dua.”
Bunda langsung melirik Ayah dann dibalasnya oleh Ayah
sebaris senyum. Tak lama Ayah menggendong Nina, mengajaknya ke garasi untuk
melihat sesuatu yang sudah Ayah siapkan.
“Bukannya Ayah bilang akan memberikan sepeda jika
semua nilai ulanganku bagus?” tanya Nina begitu melihat sepeda merah jambu
sedang menanti di garasi. Terparkir dengan Tuan Teddy yang sudah duduk di dalam
keranjang.
“Semua nilai ulangan Nina sudah bagus,” jawab Ayah
yang masih menggendong Nina.
“Tapi ada nilai yang merah.”
“Nina Sayang, angka merahnya bisa dibuat jadi hitam di
ulangan selanjutnya, yang terpenting Nina sudah giat belajar dan mencoba
menjawab soal-soal ulangan dengan baik,” jawab Bunda.
Nina menatap Ayah dan Bunda agak lama. Meskipun dia
belum begitu paham berapa nilai yang bagus menurut Ayah dan Bunda, tetapi dia
senang karena mendapatkan sepeda baru. Buru-buru dia turun dari gendongan Ayah
untuk mencoba sepedanya.
“Nina suka?” tanya Ayah.
Nina melihat ke arah Ayah dan Bunda bergantian,
tersenyum senang. “Suka. Dan Tuan Teddy juga suka. Bukankah begitu, Tuan Teddy?” (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar