Oleh: Naafisa
Deviantart/YunaHeileen
Pagi ini matahari bersinar cerah, Angsa hendak berendam di sungai yang
tak jauh dari peternakan. Dengan wajah yang ceria dan tampak berseri-seri
Angsa berjalan menuju kolam sambil bernyanyi-nyanyi kecil.
"Nanana … nanana …,” dendangnya.
Angsa mempercepat langkahnya. Mengepak-kepakan sayapnya. Ia sudah tidak
sabar untuk membersihkan bulu-bulunya yang cantik.
“Hari
ini aku akan berenang
lebih lama dari biasanya, agar buluku menjadi lebih cantik dan bersih,” ucap
Angsa.
Angsa pun berhenti, memandangi sungai yang berairkan jernih, membuatnya
ingin segera berenang. Tapi sayang, baru saja Angsa masuk ke dalam sungai,
tiba-tiba saja Kerbau datang dan ikut berendam. Melihat tubuh Kerbau yang kotor,
Angsa langsung berenang menuju tepi, keluar dari sungai.
“Apa kau sudah selesai berenang, Angsa?” tanya Kerbau bingung.
Angsa kembali mengepak-kepakan sayapnya, menggidikkan tubuhnya guna
mengeringkan bulu-bulunya yang basah.
“Bukankah kau baru saja berenang?” tanya Kerbau sekali lagi.
“Aku tidak mau berenang denganmu. Nanti buluku yang cantik ini bisa
kotor karena lumpur yang menempel di tubuhmu itu!” serunya ketus.
“Ini hanya tanah biasa. Aku habis membantu Pak Tani di sawah,” jawab
Kerbau.
Tanpa menjawab apa pun Angsa langsung pergi, meninggalkan Kerbau. Ia
sudah tidak berniat melanjutkan rencananya untuk berenang yang lama di sungai.
Ia terlalu takut bulu-bulunya yang halus menjadi rusak.
***
Keesokan harinya, Angsa berjalan-jalan di tengah hutan. Ia hendak mencari anak sungai yang mungkin takkan
ditemui Kerbau. Di sana ia bisa berenang sesuka hati tanpa perlu
mengkhawatirkan ada hewan kotor yang ikut berenang bersamanya.
Angsa melangkahkan kakinya, berjalan pelan saat melihat semak-semak yang
tak jauh dari tempatnya berdiri bergerak-gerak terus sedari tadi.
Glek!
Angsa menelan ludah. Ia mundur perlahan begitu menyadari siapa sosok
yang ada di balik semak-semak. Itu… adalah Singa. Tanpa banyak berpikir Angsa langsung
berlari kencang menghindari Singa. Tapi tiba-tiba saja ….
Plak!
"Aaa …! Tolong …!!!" jerit Angsa.
Hewan berbulu cantik itu terpeleset dan jatuh ke kubangan
lumpur. Itu membuat
bulunya menjadi lengket dan Angsa sulit mengangkat kedua sayapnya.
Kini ia hanya bisa menjerit minta tolong. Namun sayang, tidak ada seekor hewan pun yang mendengar, apalagi membantunya. Sementara itu dari arah depan Singa sudah berjalan
semakin dekat. Si Raja Hutan itu tersenyum senang. Gigi-gigi taringnya terlihat
begitu menyeramkan.
Sepertinya tak ada pilihan lain. Angsa memejamkan mata.
“Mungkin hari ini aku akan benar-benar menjadi santapan Singa,”
batinnya.
Buk!!!
Angsa terkejut mendengar suara hantaman keras dari belakangnya.
Perlahan, hewan berbulu putih itu membuka kedua matanya dan menengok ke
belakang.
“Kerbau,” serunya.
Betapa terkejutnya Angsa saat melihat Kerbau ada di samping tubuh Singa
yang sudah terkapar, tertiban batang kayu besar.
“Ba—bagaimana bisa?”
“Aku tidak sengaja melihatmu dikejar Singa, dan itu sebabnya aku
mengangkat batang pohon ini untuk menghentikan Singa.”
Belum juga Angsa bertanya, tapi Kerbau sudah lebih dahulu memotong.
“Cepat gigit ranting ini! Aku akan menarikmu keluar dari sana,” kata
Kerbau.
Angsa langsung menggigit ranting pohon yang sengaja disiapkan Kerbau.
Menggigitnya kuat-kuat sambil kakinya berusaha berjalan di dalam kubangan
lumpur. Sedangkan Kerbau terus menarik ranting dengan menggigitnya juga dari
luar. Berusaha sangat keras hingga akhirnya Angsa bisa keluar dari kubangan.
Dengan kepala tertunduk Angsa langsung berterima kasih pada Kerbau. "Kerbau,
terima kasih sudah menyelamatkanku. Dan … maaf karena kemarin aku telah bersikap sombong dengan mengejekmu,”
ucapnya pelan.
Kerbau tersenyum. “Tidak apa-apa, Angsa. Lagi pula itu kan kemarin.
Bagaimana kalau sekarang kita berenang bersama di sungai?”
“Baiklah!” sahut Angsa senang. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar