Oleh: Lily Rosella
Deviantart/PhantomCarnival
Sore ini saat Kancil sedang bergegas menuju sungai
tiba-tiba ia mendengar suara rintihan dari balik semak. Kakinya yang baru saja
menginjak salah satu daun kering terhenti.
“Siapa di sana?” tanyanya.
Tak ada yang menjawab. Sesekali hanya terdengar suara
sengguk yang kemudian berubah menjadi tangis.
Kancil yang semula hendak pergi menemui Ikan Mas,
teman baiknya, langsung menuju semak-semak, mencari tahu siapa yang berada di
baliknya.
“Kenapa kamu menangis Tupai?” tanyanya saat melihat
Tupai yang berbaring di tanah.
Tupai tak menjawab, masih sibuk menangis. Membuat
Kancil merasa serba salah.
Setelah agak lama menangis Tupai mengucek kedua
matanya yang masih berkaca-kaca. Menatap Kancil dengan wajah sedih.
“Kenapa kamu menangis?” Kancil mengulangi
pertanyaannya.
Tupai yang masih merasa sedih kemudian mulai
bercerita. Tangannya yang kecil sesekali mengucek kedua matanya, lalu kembali
memeluk buah jambu yang terdapat bekas gigitan. Sementara itu Kancil tertawa
terbahak-bahak mendengar penjelasan Tupai. Membuat wajah Tupai merah padam.
“Maafkan aku,” ucap Kancil sambil menahan tawanya.
Kancil mengangguk dan menyuruh Tupai membuka mulutnya.
Memeriksa gigi bawah Tupai yang sudah goyang.
“Sepertinya gigimu harus segera dicabut!” seru Kancil.
Tupai langsung menggeleng, tidak setuju dengan saran
Kancil. Bagaimana dia bisa kehilangan giginya yang hanya ada beberapa buah
saja.
“Baiklah, kamu tidak perlu mencabutnya. Tapi….
“Tapi apa?” tanya Tupai penasaran karena Kancil tak
melanjutkan ucapannya.
“Tapi kamu akan kehabisan buah-buah jambu yang manis
dan segar itu karena tidak bisa memakannya,” jawab Kancil sambil tersenyum.
Sepertinya saat ini Tupai mulai ragu. Matanya yang
bulat terus menatap pohon jambu yang ada di sampingnya. Memerhatikan setiap
buah jambu yang menggantung di tangkainya.
“Bagaimana, Tupai?”
Tupai masih terdiam. Sibuk memikirkan antara buah
jambu dan kehilangan giginya.
“Baiklah, kalau begitu aku akan pergi. Ikan Mas pasti
menungguku.”
Baru saja Kancil melangkahkan kakiknya. Tiba-tiba saja
Tupai memanggil dan menyetujui saran Kancil. “Aku akan melakukannya,” ucap
Tupai, “demi buah jambu! Eh, maksudku agar aku tidak merasa kesakitan lagi.”
Kancil mengangguk dan meminta Tupai untuk menunggu
sebentar.
***
Setelah agak lama Tupai menunggu akhirnya Kancil
muncul bersama Monyet dan Landak. Kebetulan saat Kancil sedang mencari Monyet
untuk dimintai bantuan, Monyet sedang bermain petak umpet bersama Landak,
sehingga Landak juga ikut serta.
“Coba sini! Aku akan memeriksa gigimu!” seru Monyet.
Tupai membuka mulutnya, menunjukkan giginya yang sudah
goyang.
“Ini harus dicabut,” ucap Monyet.
Kancil mengangguk. “Karena itulah aku memanggilmu dan
ingin meminta tolong agar kamu mau mencabut gigi Tupai.”
Monyet langsung setuju. Meminta Kancil dan Tupai untuk
menunggunya sebentar. Ia hendak pulang dan mengambil sehelai benang yang pernah
diberikan Gagak sepulang dari kota.
“Sini, biar aku ikat gigimu,” ucap Monyet setelah
kembali.
Tupai langsung membelalakan mata. Matanya yang bulat
langsung bertambah besar hanya dengan melihat sehelai benang yang dibentangkan
Monyet.
“Untuk apa benang itu?”
“Untuk mencabut gigimu, memang untuk apa lagi?”
Tupai langsung menolak, meminta pada Kancil untuk
membatalkan soal pencabutan giginya. Tapi Kancil tak habis akal, ia
mengingatkan pada Tupai tentang betapa manis buah jambu hari ini. Bahkan ia
juga menemukan pohon jambu yang buahnya lebih manis dari buah jambu yang
dipegang Tupai sekarang.
Perlahan Tupai mulai goyah. Ia membuka mulutnya,
membiarkan Monyet mengikat giginya lantas menarik pelan benang tersebut. Tapi
sayang, gigi Tupai tak kunjung copot. Monyet berusaha berpikir, matanya tertuju
pada pohon jambu yang ada di belakangnya.
“Baiklah, aku akan naik. Siapa tahu gigi Tupai akan
copot jika aku menarik benang ini dari atas sana,” sarannya.
Kancil mengangguk, setuju. Bagaimanapun caranya ia
hanya ingin masalah ini cepat selesai sehingga ia bisa pergi ke sungai dan
menemui sahabatnya, Ikan Mas.
Dan ternyata saran Monyet berhasil, setelah mencoba
menarik benang dari atas pohon perlahan gigi Tupai yang goyang mulai terlepas
sedikit demi sedikit. Dan tepat saat gigi Tupai copot dengan sempurna Monyet
langsung terpeleset karena menariknya terlalu kuat. Tubuhnya terjatuh dan
meniban punggung Landak.
“Aw!!!” jeritnya.
Kancil hanya tertawa, begitu juga Tupai yang merasa
senang karena sudah tidak merasa kesakitan lagi. Sementara itu Monyet sibuk
berteriak dan mengusap punggungnya, untuk kemudian Kancil membantu melepas
beberapa duri Landak yang tertusuk di punggung Monyet.
"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Terima
kasih, Monyet!" ucap Kancil. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar