Jumat, 16 Maret 2018

[FABEL] Nasihat Tikus Tua


Oleh: Lily Rosella


Deviantart/7thArne


Mola si angsa putih berjalan lesu, sejak tadi ia terus bolak-balik di depan kandangnya. Hari ini dia merasa bosan karena terus berada di peternakan, ia ingin sesekali keluar untuk berjalan-jalan. Mola penasaran dengan apa yang ada di dalam hutan.

“Pasti di hutan makanan dan pemandangannya sangat indah, di sana juga pasti ada anak sungai yang jernih airnya,” begitu pikirnya saat memandang jauh ke arah barisan pepohonan.


Ketika sedang berjalan-jalan, tiba-tiba saja di pertengahan jalan Mola mendengar suara batuk. Sepertinya ia mengenali suara itu, ia hafal hanya dengan mendengar suara batuknya saja.

“Uhuk! Uhuk!” suara batuk itu terdengar sekali lagi.


Mola mendekat ke arah semak-semak di pinggir hutan. Benar saja dugaannya, itu adalah Pak Lobe, tikus tua bertubuh gemuk. Dia sering datang ke peternakan, mencari makanan untuk dibawanya pulang.

“Kau baik-baik saja, Pak Lobe?” tanya Mola.

“Uhuk! Uhuk! Aku baik-baik saja,” jawab Pak Lobe sambil menutup mulut dengan tangannya yang kecil.

“Kamu hendak ke mana Mola?” tanyanya begitu sadar kalau saat ini Mola berada jauh di dalam hutan. Harusnya ia berada di perternakan. “Berbahaya jika kamu berada terlalu jauh dari peternakan, di hutan banyak ….”

“Aku hanya sedang melihat-lihat saja, Pak Lobe. Kamu tidak perlu khawatir!” tukas Mola dengan cepat. Seperti biasa Mola selalu begitu, dia tidak suka dinasihati.



Mola si angsa berlalu begitu saja, ia tak menghiraukan apa yang diucapkan Pak Lobe barusan. Baginya, Pak Lobe pasti sengaja melarangnya agar ia tidak melihat betapa cantiknya anak sungai yang sedang mengalirkan air yang jernih.



Ia terus berjalan, sesekali ia mengepak-ngepakkan sayapnya. Ia begitu senang, tak sabar ingin melihat anak sungai. Sambil terus berjalan Mola bersiul-siul, bersenandung sambil melangkah riang, memasuki hutan yang semakin dalam. Namun, kini langkahnya terhenti, ia terpesona begitu melihat anak sungai yang jernih seperti yang dibayangkannya selama ini.



“Aku tahu, pasti Pak Lobe memang sengaja melarangku. Dia hendak menikmati pemandangan bagus ini sendiri,” gumamnya yang masih memandang anak sungai dari kejauhan.


Mola mulai melangkahkan kakinya, perlahan-lahan mendekati anak sungai. Saat ini hatinya merasa berdebar, ia sangat senang hari ini. Tak sia-sia ia pergi dari peternakan, berjalan memasuki hutan.

Baru saja Mola memasukkan tubuhnya ke anak sungai, berenang-renang di tepi. Tiba-tiba saja muncul seekor buaya, hendak menerkam. Mulut buaya itu terbuka lebar, bersiap untuk melahap tubuh Mola yang berbulu putih bersih.

“Tolong …!!!” jerit Mola panik.

Dengan cepat Pak Lobe melempar ranting pohon yang berukuran agak besar ke mulut buaya, dia mengambil ranting itu tak jauh dari anak sungai, itu ranting patah yang tergeletak di rerumputan. Membuat buaya itu kesulitan menutup mulutnya karena terhalang ranting. Sedangkan Pak Lobe sibuk berteriak, menyuruh Mola untuk menepi.

Mola berenang agak cepat, mengepakkan sayapnya, terbang tak terlalu tinggi. Untung saja ia masih berada di tepi, jadi tak butuh waktu lama untuk melarikan diri dari buaya.

Kini ia dan Pak Lobe berlari menuju ke luar hutan. “Uhuk! Uhuk!” Pak Lobe terus berlari, terbatuk-batuk. Di depannya Mola dengan wajah yang panik terus berlari lebih cepat, sesekali terbang agak rendah.

“Kau baik-baik saja, Pak Lobe?” tanya Mola begitu sadar kalau pak Lobe tertinggal jauh di belakang, ia mundur beberapa langkah, mendekati Pak Lobe.

“Uhuk! Uhuk! Aku baik-baik saja,” jawab Pak Lobe dengan napas tersengal-sengal. “Aku sudah cukup tua, tidak bisa lagi berlari segesit dulu.”

Mola menunduk. “Maafkan aku Pak Lobe,” tuturnya menyesal.

Tapi kemudian ia menoleh ke arah Pak Lobe. Dia penasaran akan satu hal. “Bagaimana kau bisa berada di sana, pak Lobe? Bukankah kamu tadi ada di semak-semak?” tanya Mola.

“Uhuk! Uhuk!” Pak Lobe terbatuk, lalu tertawa. “Aku sudah tahu tentang hutan ini, itulah sebabnya aku mengikutimu. Anak sungai itu memang indah, tapi ada banyak buaya di sana. Untung kita hanya bertemu satu buaya saja. Akan gawat jika ada banyak buaya!” seru pak Lobe sambil tetap tertawa.

“Maafkan aku Pak Lobe. Besok-besok aku tidak akan keras kepala. Aku akan mendengarkan nasihat orang lain,” tutur Mola penuh penyesalan.

Pak Lobe si tikus tertawa, membuat perut gemuknya itu bergoyang-goyang. “Sudahlah! Yang penting saat ini kamu sudah mengerti!” serunya sambil menepuk-nepuk pelan sayap Mola.

Mola si angsa tertunduk, ia menyadari kesalahannya sekarang. Harusnya ia mau  mendengarkan nasihat orang lain, tidak bersikap keras kepala. Untung saja ia bisa selamat kali ini atas bantuan Pak Lobe, jika tidak … mungkin ia tak tahu apa yang akan terjadi padanya. Bisa saja ia berakhir sebagai santapan Buaya tadi.

Mulai saat ini ia berjanji dalam hati, besok-besok ia akan mendengarkan nasihat orang lain terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu. Ia tidak akan bertindak gegabah. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar