Oleh: Lily Rosella
Deviantart/karpfinchen
Hari sudah menjelang siang, kali ini Beni si tikus
keluar dari lubang dekat pohon mangga yang telah digalinya sedari pagi. Beni
akan ke rumah pemilik ternak kambing dan mengambil sepotong keju yang biasa
selalu tersedia di meja makan, bekas sarapan.
Beni melangkah cepat, melewati semak-semak sambil
ekornya bergerak ke kanan dan kiri. Dia berjalan di sudut ruangan dan
menyelinap di celah-celah lemari agar bisa sampai ke meja makan yang agak besar
terbuat dari kayu jati.
“Hai, Beni,” sapa Pak Lopa, tikus tua bertubuh gemuk
dan bulunya sedikit botak di bagian kepala. Kebetulan dia juga sedang mencari
makanan di rumah Pak Peternak.
“Apa kamu juga ingin mengambil keju itu?” tanya Beni.
Pak Lopa mengangguk. “Benar. Kamu juga ke sini untuk
mengambil keju itu?”
“Tentu saja. Pak Peternak sedang pergi naik mobil ke
kota, sehingga aku bisa mencuri keju itu dengan mudah tanpa takut ketahuan atau
tertangkap,” jawab Beni dengan wajah semringah.
Pak Lopa mengangguk sekali lagi, mengajaknya untuk
bergegas ke meja makan dan mengambil keju itu, kemudian pulang.
Dengan sangat bersemangat Beni langsung berlari cepat
menghampiri meja. Tubuhnya yang tidak terlalu besar mencoba memanjat kaki kursi
warna cokelat, kemudian lanjut memanjat dengan mencengkeram taplak yang
bentuknya seperti jaring-jaring agar bisa sampai di atas meja, disusul oleh Pak
Lopa.
Sesampainya di atas meja, mereka membuka penutup
berbahan alumunium yang menutupi keju secara bersama-sama. Tak lama setelah
penutup berterbuka dan berpindah dari piring keju, mata Beni berkaca-kaca
menatap keju yang masih cukup besar. Air liurnya menetes membayangkan kalau
sebentar lagi dia akan menghabiskan seluruh keju tersebut.
“Akhirnya aku bisa makan keju,” gumamnya.
Kini Pak Lopa dan Beni menyantap keju itu sedikit demi
sedikit, memakannya hingga dirasa perut mereka cukup kenyang dan menjadi
kencang sekarang, menyisakan keju sepertiga bagian lagi.
“Ayo kita pulang,” ajak Pak Lopa.
Beni menggeleng. Dia tidak mau pulang dan bersikeras
ingin menghabiskan seluruh keju itu.
“Kalau kamu kekenyangan, nanti kamu tidak akan bisa
berjalan,” ujar Pak Lopa yang sudah bersiap-siap hendak turun lebih dulu.
“Aku masih muda, jadi aku tentu akan bisa berlari meski
telah menghabiskan seluruh keju ini,” sahut Beni.
“Kamu bisa tertangkap Pak Peternak nanti. Ia akan
pulang tidak lama lagi.”
“Kamu tenang saja. Aku akan pergi sebelum Pak Peternak
itu datang.”
“Baiklah, kalau begitu aku akan pulang sekarang,”
pamitnya.
Beni mengangguk senang. Dia tidak sabar untuk kembali
memakan keju di hadapannya sampai benar-benar habis, sedangkan Pak Lopa
mengangkat kedua bahunya, kemudian turun dan pulang lebih dulu meningalkan Beni
yang keras kepala. Setidaknya dia telah berusaha mengingatkan Beni, begitu
pikirnya.
Dan tak lama setelah Pak Lopa turun dari meja, Beni
kembali menyantap sisa keju yang masih sangat banyak. Dia menggigit cepat keju
tersebut sampai mulutnya benar-benar penuh, dan belum juga potongan-potongan
keju di mulutnya habis ditelan, Beni telah menggigit lagi keju di hadapannya,
dan begitu seterusnya sampai tiba-tiba suara mesin mobil Pak Peternak
terdengar. Kelihatannya Pak Peternak telah selesai dari urusannya di kota.
Seketika Beni langsung panik, menghentikan makannya
dan bersiap untuk pergi. Namun sama seperti yang Pak Lopa katakan padanya
beberapa menit lalu, jangankan untuk berlari, Beni benar-benar kesulitan
berjalan karena perutnya sudah sangat kenyang dan kencang. Sedangkan Pak
Peternak telah menghentikan suara mesin mobilnya, kemudian keluar dari mobil
dan menuju ke dalam rumah.
“Aku harus cepat-cepat pergi sebelum Pak Peternak
menangkapku,” gumam Beni panik.
Lalu Beni berjalan meski pelan sekali, segera turun
meski sedikit menjatuhkan tubuhnya yang sudah sangat gendut ke kursi, lalu
menyerosot di kaki kursi. Baginya sekarang yang penting dia bisa bersembunyi
terlebih dahulu, barulah nanti Beni akan pulang setelah Pak Peternak tidak ada
di rumah atau pergi beristirahat ke kamarnya.
Namun belum sampai Beni berhasil melarikan diri atau
bersembunyi, Pak Peternak sudah sampai di dalam rumah, wajahnya merah padam,
dia marah bukan main mendapati mejanya berantakan dengan potongan keju
berserakan dan kejunya tinggal sedikit. Pak Peternak menatap ke bawah, mencari
sumber masalah. Dilihatnya Beni yang sedang berjalan pelan menuju celah lemari.
Dengan sigap Pak Peternak langsung mengambil sapu, memukul Beni yang tidak bisa
bersembunyi di dalam celah lemari karena perutnya yang kegendutan. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar